Hay.. hay... setelah akhir-akhir nie posting tugas mulu, bosen. Saat nya perubahan, hoho. Ganti tema jadi Curhat nie... Karna bingung mau cerita ma capa, cerita ma blog aja akhirnya.. hehe.. Cerita sederhana, sad ending story,, haha. ceritanya tentang "Dia". this is mine..... :)
Awal kami kenal dulu, satu hal yang paling ku ingat yaitu kata kata nya “Makasih ya dek.. kamu selalu bisa nemenin aku saat ak lagi sendiri”. Kurang lebih seperti itu. Sejak itu aku bertekad untuk tidak akan pernah membiarkannya merasa sendiri.
Sekitar satu setengah tahun yang lalu, saat dia masih di kost nya sendiri, dia sering sms aku atau bahkan telfon aku saat lagi kesepian. Aku senang bisa menemaninya dan membuatnya tersenyum. Aku ingat setiap ucapan selamat malam darinya. Aku juga ingat ketika aku harus memaksanya makan.

Aku mencari waktu dimana biasanya dia sendirian. Aku sms dia meski hanya untuk mengingatkan dia makan dan sholat. Pokoknya aku tak ingin dia merasa sendirian. Tiap kali dia sedih, aku berusaha menghiburnya sebisa aku. Dalam setiap malam, aku berdoa semoga Allah memberinya orang orang yang selalu bisa membuatnya bahagia.
Seiring perkenalan itu, rasa sayang ini mulai muncul. Tumbuh sedikit demi sedikit. Dia menjadi kakak ku sekaligus panutanku. Berlebihan? Mungkin. Tapi aku hanya ingin membuatnya bahagia. Hanya itu, Aku hanya tak ingin dia berubah. Dia sosok yang luar biasa untukku. Bijaksana, aktif, baik, pengertian, tegas, berwibawa, dan lain lain. Aku selalu berusaha bisa menjadi sepertinya. Meski sulit, aku coba. Dan sekarang meski tak sama, namun aku bisa berubah lebih baik lagi. Bisa dibilang, dia merubah hidupku 180˚.
Tapi sayangnya itu dulu, yah... dulu. Sejak kapan aku juga tak mengerti. Dia berubah. Dia bukan lagi “dia” yang ku kenal. Dia yang dulunya penuh semangat, pantang putus asa kini jadi mudah menyerah. Dia yang dulunya aktif dan selalu membuatku tertawa, kini lebih banyak diam. Aku tak tahu, apa aku yang belum mengenalnya, atau dia memamng berubah.

Mungkin, aku tak ada gunanya lagi untuknya. Tak ada lagi sms sms itu. Tak ada lagi telfon telfon itu. Tak ada lagi tawa itu. Semua tak ada lagi. Salah? Tidak, dia tak salah. Aku yang salah. Kenapa hingga sekarang aku belum ikhlas melihatnya bahagia.
Sekarang, memang semua tak ada gunanya lagi. Aku tak ingin lagi melihat kebelakang. Dia telah bahagia dengan kehidupan barunya. Aku juga harus begitu. Walaupun tanpa dia. Aku yankin, aku bisa bahagia jika dia pun bahagia.
Tentang rasa sayang ini? Aku akan menyimpannya sampai aku tak sanggup lagi menyimpannya. Dia akan terus ada dihatiku. Menempati sebuah ruang istimewa disana.
Dia, tetap kakak ku... selamanya...
Sekarang.. aku hanya berharap, suatu saat, jika dia mengingatku dan membuka blog ini dia akan tahu kalau aku menyayanginya.. Sungguh sungguh sayang....
0 komentar:
Posting Komentar